Kasta Perasaan
Tertarik, Kagum, Suka, Sayang dan Cinta. Lima kata yang sebenarnya mirip tapi tetap beda. Bahkan kadang-kadang kita sulit untuk membedakan siapa mereka? Apalagi ketika salah satu diantara mereka menghampiri kita, terkadang kita bingung sedang bersama siapa kita saat itu.
Sebenarnya saya bukan ahli perasaan, kebetulan saja anda, kalian, kakak anda, adik anda atau teman anda mungkin pernah berada di fase yang sama seperti saya, berada di salah satu fase dari lima kata itu. Fase dimana kita sulit menentukan keberadaan kita.
Saya akan mencoba mengulik, tapi ini berdasarkan penekuran saya saja sebenarnya, anda tak perlu sepenuhnya memercayainya, sebab saya tahu anda pun punya persepsi akan hal ini.
Nah, yang pertama fase Interested (tertarik) adalah fase paling mendasar dari kasta perasaan. Fase ini muncul ketika kita melihat seseorang dan ada hal unik yang dimiliki seseorang tersebut yang membuat kita terpantik untuk mengetahuinya lebih jauh lagi. Namun dibagian ini perasaan itu akan lebih mudah memudar.
Fase kedua, adalah fase di mana? Kita mengagumi seseorang karena kelebihan yang dimilikinya entah itu perempuan atau lelaki, sifatnya tidak terbatas. Dan yang kerap kita perhatikan hanyalah sisi luarnya saja, entah itu kebiasaannya atau perwajahannya.
Contohnya, suatu ketika saya pernah kagum sama seseorang karena kedekatannya dengan Sang Pencipta tanpa sadar kalau dia juga memiliki kekurangan, pokoknya dialah yang perfect atau sempurna diantara yang lain. Tapi perasaan kagum bukan tidak akan hilang kapan kita menemukan keburukan darinya, kagum itu akan hilang. Tapi jangan salah ini adalah rasa yang merupakan benih cinta. Rasa ini pernah hilang, tapi kemudian mengahampiri kembali dan melaju ke fase berikutnya.
Lanjut ke fase berikutnya atau kasta yang ketiga dari kumpulan kasta perasaan itu, yakni tingkatan setelah rasa tertarik dan kagum. Ketika tertarik dan kagum itu semakin subur terpupuk maka tak akan mungkin suka itu dapat dihindari, kita akan semakin menyukai seseorang itu karena sikapnya yang maybe dia perhatian, hingga mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh. Tak ayal rasa ini juga membuat kita egois karena kita tentu saja ingin ia selalu bersikap seperti itu.
Next kita ke rasa sayang (sweetheart) kalau yang ini bodynya lebih gede atau besar. Yang mana rasa ini terus mendorong kita untuk bersatu menyatukan perbedaan dan mendorong kita untuk menemukan solusi agar perbedaan itu dapat menjadi sebuah kelebihan. Rasa dimana kita berharap dia akan menjadi miliki kita sepanjang usia kita.
Dan tibalah kita di tingkatan teratas atau puncak perasaan yakni Cinta yang hampir semua kalangan bisa mengucapkannya mulai dari anak-anak hingga manula. Cinta sendiri memiliki banyak penfasiran bergantung dari siapa yang sedang bersamanya.
Fase di mana banyak orang menafsirkan "Cinta itu buta" tapi bagi saya cinta itu tidak pernah buta, si subjeknya saja yang kadang kurang logis menjalani cinta itu sendiri. Kenapa dianggap buta? Karena dianggap banyak yang menutup mata akan keburukan pasangan.
Hal yang dianggap orang lain mustahil justru kita selalu optimis bahwa hal itu adalah hal yang munasabah. Dan kita tetap berjuang untuk tetap bersamanya.
Makassar, Wirana Putri
Sebenarnya saya bukan ahli perasaan, kebetulan saja anda, kalian, kakak anda, adik anda atau teman anda mungkin pernah berada di fase yang sama seperti saya, berada di salah satu fase dari lima kata itu. Fase dimana kita sulit menentukan keberadaan kita.
Saya akan mencoba mengulik, tapi ini berdasarkan penekuran saya saja sebenarnya, anda tak perlu sepenuhnya memercayainya, sebab saya tahu anda pun punya persepsi akan hal ini.
Nah, yang pertama fase Interested (tertarik) adalah fase paling mendasar dari kasta perasaan. Fase ini muncul ketika kita melihat seseorang dan ada hal unik yang dimiliki seseorang tersebut yang membuat kita terpantik untuk mengetahuinya lebih jauh lagi. Namun dibagian ini perasaan itu akan lebih mudah memudar.
Fase kedua, adalah fase di mana? Kita mengagumi seseorang karena kelebihan yang dimilikinya entah itu perempuan atau lelaki, sifatnya tidak terbatas. Dan yang kerap kita perhatikan hanyalah sisi luarnya saja, entah itu kebiasaannya atau perwajahannya.
Contohnya, suatu ketika saya pernah kagum sama seseorang karena kedekatannya dengan Sang Pencipta tanpa sadar kalau dia juga memiliki kekurangan, pokoknya dialah yang perfect atau sempurna diantara yang lain. Tapi perasaan kagum bukan tidak akan hilang kapan kita menemukan keburukan darinya, kagum itu akan hilang. Tapi jangan salah ini adalah rasa yang merupakan benih cinta. Rasa ini pernah hilang, tapi kemudian mengahampiri kembali dan melaju ke fase berikutnya.
Lanjut ke fase berikutnya atau kasta yang ketiga dari kumpulan kasta perasaan itu, yakni tingkatan setelah rasa tertarik dan kagum. Ketika tertarik dan kagum itu semakin subur terpupuk maka tak akan mungkin suka itu dapat dihindari, kita akan semakin menyukai seseorang itu karena sikapnya yang maybe dia perhatian, hingga mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh. Tak ayal rasa ini juga membuat kita egois karena kita tentu saja ingin ia selalu bersikap seperti itu.
Next kita ke rasa sayang (sweetheart) kalau yang ini bodynya lebih gede atau besar. Yang mana rasa ini terus mendorong kita untuk bersatu menyatukan perbedaan dan mendorong kita untuk menemukan solusi agar perbedaan itu dapat menjadi sebuah kelebihan. Rasa dimana kita berharap dia akan menjadi miliki kita sepanjang usia kita.
Dan tibalah kita di tingkatan teratas atau puncak perasaan yakni Cinta yang hampir semua kalangan bisa mengucapkannya mulai dari anak-anak hingga manula. Cinta sendiri memiliki banyak penfasiran bergantung dari siapa yang sedang bersamanya.
Fase di mana banyak orang menafsirkan "Cinta itu buta" tapi bagi saya cinta itu tidak pernah buta, si subjeknya saja yang kadang kurang logis menjalani cinta itu sendiri. Kenapa dianggap buta? Karena dianggap banyak yang menutup mata akan keburukan pasangan.
Hal yang dianggap orang lain mustahil justru kita selalu optimis bahwa hal itu adalah hal yang munasabah. Dan kita tetap berjuang untuk tetap bersamanya.
Makassar, Wirana Putri
Komentar
Posting Komentar