Piilihan " Nothing to be Something"
Musabab ini adalah candu, kerap membuat kita mabuk kepayang bagi yang sadar betul dan mencintai profesi ini. Terkadang membuat kita lupa, lupa akan kepentingan pribadi misalnya, lupa kalau hati kita pun butuh hati yang lain untuk menyempurnakannya.
So, jangan tanya kenapa aku, kamu dan diantara mereka (mungkin) banyak yang single atau belum memiliki pasangan (memilih untuk tidak pacaran) ini bukan soal nasib melainkan ini soal pilihan saja.
Akan tetapi, perlu saya camkan pekerjaan ini sama sekali bukan tembok atau penghalang untuk anda dapat menemukan pasangan, sama sekali bukan! Bahkan profesi inilah yang justru banyak berkontribusi mempertemukan kita bukan hanya kepada narasumber, peristiwa atau kasus-kasus di Tanah Air ini, banyak yang akhirnya terhantar ke meja ijab kabul lewat profesi ini, bukan hanya bertemu jodoh dengan sesama Jurnalis namun juga kerap bertemu dengan profesi lain, kerap kecantol.
Profesi ini bukan pekerjaan yang menyeramkan, bukan juga pekerjaan yang mudah melainkan pekerjaan yang harus ditekuni dan dicintai. Tak pelak, banyak pertanyaan bahkan cemooh (mereka yang minim paham). Apasih pekerjaanmu itu?, Kenapa tidak ambil Jurusan Ekonomi atau Jurusan yang pasti-pasti saja? Kenapa tidak jadi PNS saja?, Kenapa kamu mau-maunya bekerja begitu?. Wartawan itu kerjaannya memprovokasi saja, pekerjaanmu itu untungnya apa sih?, Pekerjaan kamu pekerjaan yang gampang tinggal wawancara lalu tulis selesai, saya harus bilang tak semudah itu, segala sesuatu yang hendak dicapai membutuhkan proses. Anda tak akan paham bagaimana gentingnya pekerjaan ini sebelum anda menjalaninya.
Yah, pekerjaan kami memang pekerjaan yang banyak menuai kontroversi bukan hanya dikalangan eksternal keluarga namun juga dikalangan internal keluarga. Ada yang bilang pekerjaan kami sebagai kuli tinta, sebagai pemburuh informasi adalah pekerjaan yang hebat sebaliknya sebagian menilai pekerjaan kami pekerjaan yang tak berarti apapun. Bagi yang tidak paham dan hanya setengah-setengah memandang profesi ini memang akan beranggapan demikian.
Saya teringat salah satu film yang pernah saya nonton. Film besutan Kuntz Agus yang dirilis pada pada tahun 2012 silam, mengisahkan seorang Jurnalis perempuan yang tidak mendapatkan restu dari orangtuanya lantaran dimata orangtuanya pekerjaan tersebut bukan pekerjaan yang bergengsi, bukan pekerjaan yang menjanjikan.
Hingga pada akhirnya Hanum yang diperankan oleh Laura Basuki sebagai Jurnalis perempuan itu, berhasil mengubah pandangan ayahnya dari nothing menjadi something. Semua itu, atas karya yang dibuatnya. So, menjadi jurnalis bukan hanya modal nekat tapi juga butuh komitmen dan mental yang kuat itu yang paling penting, bukan hanya sekadar pintar secara akademik.
(Die)
Komentar
Posting Komentar