TETAP SEMANGAT, KEJARLAH MIMPI!
Apakah memiliki Idola itu penting?
Jawabannya memilki idola itu penting, idola merupakan sebuah motivasi yang dapat mengantarkan kita mencapai impian. Dalam buku yang bercerita tentang Najwa Shihab, dia juga sangat mengidolakan Helmi Johannes VOA Washington D.C. saat ini, sama seperti saya mengidolakan dirinya.
Sebelumnya banyak yang tidak percaya bahwa saya akan benar-benar bisa bertemu dengan sang idola . Ada yang bilang susah kalau Asma bisa ke Metro "Asma itu kecil, mana mungkin bisa diterima di Metro" Ejekan yang seringkali menjadi mainan ditelingaku, bukan marah malah bagiku itu lucu dan justru mainan itulah yang menjadi motivasiku untuk terus bangkit membuktikan bahwa mimpi bisa tercapai ketika kita mau bangun dan mengejarnya, seperti yang seringkali diucapkan mba Nana sapaan akrab Najwa Shihab. "Kejarlah mimpi" seperti itu pulalah pesan mba Nana kepadaku sepekan terakhir sebelum akhirnya saya kembali ke Makassar.
Berkat dorongan naluri bertemu idola, bersyukur saya akhirnya dapat mencapai keinginanan saya untuk melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan Profesi (KKLP) di Metro TV (10 Agustus-12 Nopember 2015). Walau hanya tiga bulan. Namun bagiku waktu yang singkat tersebut terasa begitu menyenangkan dan berkesan.
Di tempat inilah saya bisa bertemu langsung dengan sangan idola kebangganku "NAJWA SHIHAB" Saya mengaguminya. saya mengangumi kecerdasan dan kelihaiannya dalam membawakan acara atau program televisi.
Diterima di Metro TV tidak begitu susah, saya tidak perlu menunggu waktu terlalu lama hingga perrmohonan yang saya ajukan ketika itu diterima. Selain Do'a dan usaha, ini juga berkat bantuan Secretary General Metro TV, Budiyanto yang juga adalah jurnalis yang pernah di sandera bersama Meutya Hafied saat ditugaskan dalam peliputan
Selain bisa bertemu idola lebih beruntungnya lagi saya bisa bertemu dengan hal-hal baru. Hal-hal baru itulah yang mengingatkan saya pada obrolan dengan Pemimpin redaksi Harian Rakyat Sulsel, Buyung Maksum yang sempat saya temui 3 hari sebelum berangkat ke Jakarta, di kantor redaksi bersama kedua temanku Fahril Muhammad dan Ratnasari yang ketika itu memenuhi panggilan kerja untuknya.
"Kenapa kamu harus ke Jakarta dan kenapa harus ke Metro TV?" Tanya dia. Pertanyaan yang menyerang semangatku semakin menurun, sebab pertanyaan itu sebelumnya telah saya dapatkan dari kakak perempuanku, Rhia. Dan senior Unifa mantan Humas Pertamina Wawan serta Alpiyan yang sesungguhnya membuatku seolah tidak mendapatkan dukungan untuk cita-citaku. Dalam hati saya bertanya "Tidakkah mereka berpikir bagaimana usaha yang saya lakukan hingga dapat diterima dan berapa banyak orang yang ingin ke Metro TV namun keberuntungan akhirnya berpihak padaku dan salah seorang temanku, Orin.
Bang Buyung pun sapaan akrabku padanya, melanjutkan pembicaran. "Metro TV itu keras", Ujarnya. Ucapan yang semakin membuat semangatku menurun, ingin rasanya ketika itu membatalkan keinginan untuk ke Jakarta. Hanya saja tiket terlanjur saya beli.
"Luar biasa itu tawwa kak" Ujar Fahril Muhammad dan Ratnasari yang duduk depan kananku.
Aku yang sempat memejamkan mata, ketakutan mengahadapi pekerjaan-pekerjaan di Metro TV. Pun, Bang Buyung memandangku lalu tersenyum "Tapi, kalau kamu mampu melewatinya kamu luar biasa apalagi kalau orang pernahji berorganisasi, bisaji itu." Ucapnya sambil tertawa.
Kata-kata yang kembali membangkitkan semangatku. Dan benar saja, semua yang diucapkan Bang Buyung terjadi. Metro TV itu keras. Keras perjuangan selain dituntut cerdas, fasih berbahasa inggris dan bahasa asing lainnya, bekerja cekatan, kekuatan mental pun menjadi hal utama. Bekerja tak mengenal waktu dan siapa dia, bayangkan saja saya adalah seorang perempuan yang harus bangun setiap pagi dini hari lalu berangkat ke kantor pada pukul 03.00 a.m beruntung bila dijemput pun jika tidak bukan alasan untuk tidak masuk kantor, memberanikan diri berjalan kaki menuju kantor meski dihantui rasa takut, takut bukan sama setan atau makhluk gaib. Tapi takut dengan kejahatan sesama manusia. Tapi kutanamkan dalam diri bahwa " Saya memiliki tanggug jawab untuk banyak orang".
Hampir sebulan ditraining di marahi, dibentak didepan banyak orang tak kenal siapa yang ada dihadapan mereka. Disuguhi dengan pekerjaan yang asing tanpa diajari terlebih dahulu, menyesuaikan diri dan menata komunikasi dengam sebaik-baiknya.
Memasuki bulan kedua, suasana mencair. Satu demi satu orang mulai dingin kata sayang yang tak pernah terucap menambah ujung namaku, hingga bulan ketiga. Inilah bulan yang paling istimewa semuanya memanggil sayang.
Apalagi Yohana Margaretha News Anchor sekaligus produser Metro kini, kata sayang yang tak pernah lepas dari sapaannya kepadaku." Asma Darling, Asma sayang" Itulah sebutannya kepadaku.
Lalita Gandaputri yang semula kejam menjadi sangat baik yah meskipun sejak awal kami tahu mba Lalita memarahi kami karena sedang menguji mental kami. dia adalah jurnalis Televisi Metro TV yang sejak tahun 2003 sudah bergabung dengan Metro TV maka tidak heran jika dia memiliki banyak pengetahuan tentang dunia pertelevisian dan beruntunglah kami dapat bertemu dengannya yang tidak pernah pelit dalam berbagi ilmu, bahkan tugas seorang produser pun dia ajarkan kepada kami yang sesungguhnya belum bisa diajarkan kepada anak magang.
Disana kami seringkali menjadi bahan mainan mereka, dialeg Makassar kami seringkali menjelaskan bahwa kami bukan orang asli Jakarta. (Bersambung)
" SIAPAKAH IDOLAH SESUNGGUHNYA, BENARKAH NAJWA SHIHAB
(Asma) Makassar, 18 Desember 2015
Komentar
Posting Komentar