Suka-Duka Menjadi Interviewer
Menjadi Interviewer yang
baik tak semudah yang kita bayangkan. Ada banyak tantangan yang harus kita
hadapi, termasuk melawan diri sendiri. Melawan kemalasan, ke-egoisan bahkan
melawan sakit yang menerpa. Namun semua akan menjadi mudah jika kita memiliki
niat dan tekad yang kuat.
Sampai kapan saya akan
menjadi Jurnalis? Jawabannya sampai saya tak lagi dibutuhkan, sampai saya tak
lagi bisa menulis. Bekerja sebagai
Jurnalis, sebagai pilar ke - IV Negara, dibutuhkan
ke-Profesionalan. Banyak yang menilai pekerjaan ini adalah pekerjaan yang kepo. Yah, mungkin memang benar karena pekerjaan
ini adalah pekerjaan yang maunya, tahu tentang semua hal.
Mulai dari Kemiskinan,
Kekayaan, Keadilan, Kesenjangan, Kebaikan sampai pada Kejahatan tentang semua
hal yang bersifat Kontrol Sosial, Pendidikan, Hiburan tentang semua Fungsi Pers harus kami kupas tuntas.
Menulis berita tidak semudah menulis Diary (Catatan Harian Pribadi), dibutuhkan
perjuangan di lapangan. Berjuang menemukan klien yang memiliki kapabilitas
untuk berbicara terkait hal yang pertanyakan, beruntung bila klien mau terbuka dengan jujur.
Menjadi Interviewer. Harus
rela mempertaruhkan waktu, tak kenal kapan? Kapan saja harus siap bekerja mengeksekusi semua
penugasan yang diberikan Pimpinan. Jam tidur berkurang, pertemuan dengan
teman pun harus berkurang bahkan waktu bersama dengan keluarga harus berkurang.
Akan tetapi tak perlu khawatir dibalik semua pengurangan tersebut. Disisi lain ada
yang bertambah termasuk menambah teman baru dari beragam kalangan.
Bicara suka. Tentu,
semua profesi memiliki suka cita dalam menjalaninya. Tetapi yang terpenting adalah
bagaimana kita mencintai pekerjaan itu. Jika kita mencintainya maka semuanya akan menjadi mudah dan mampu membahagiakan kita.
Suka, bekerja sebagai Jurnalis bagi
saya banyak hal, termasuk kita diberi kesempatan bertemu dengan siapa saja, mulai
Pejabat Birokrat Negara, Aparatur Negara, Pengusaha dan lainnya. Bercanda tawa, layaknya teman namun tetap
harus cerdas memposisikan diri.
Sebagai wartawan yang
masih baru berkarir dibidang ini. Saya bersyukur, sejauh ini perjalanan saya masih
aman-aman saja. Bukan berarti saya menutup mata untuk tidak berhati-hati dan
tetap berjalan sesuai kode etik Jurnalisme.
Saya berharap semua pihak mampu
memahami pekerjaan ini, kekerasan pada Wartawan sampai berdarah-darah harus
berkurang, Penyekapan Wartawan sampai berhari-hari semoga tak lagi terjadi
seperti yang dialami mantan Wartawan Senior Meutya Hafied, Anggota DPR-RI dan
Wartawan Senior Metro TV Budiyanto.
Kami, Saya Jurnalis.
Jurnalis Indonesia, Jurnalis Televisi, Jurnalis VE Channel TV bekerja untuk memperjuangkan keadilan, untuk kepentingan Bangsa
dan Negara.
MAKASSAR, 07 FEBRUARI
2017
(Asma / Wirana Putri )
Selamat bertugas, mbak jurnalis ... :)
BalasHapus