Sepatu Usang Tak Hilang Dari Ingatan


(Take by Wirana Putri)


BUKAN sepatu baru apalagi sepatu masa kini yang lagi  trendi di tahun 2017. Melainkan sepatu lama yang  masih tersimpan dari ingatan.  Bagi banyak orang sepatu adalah alat pelindung kaki dari berbagai risiko kecelakaan. Termasuk melindungi kaki dari sengatan matahari, sengatan duri yang bisa saja menancap di kaki. Ataupun sebagai penunjang gaya hidup.

But for me, not just that. Sepatu berwajah hitam keseluruhan ini, lebih daripada itu. Sepatu ini adalah sepatu yang pernah menemani saya menimba ilmu pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)  di salah satu sekolah  berlabel sekolah perjuangan, sekolah tertua di Sulawesi Selatan ialah SMA Nasional Makassar.

Sepatu bermerek Tomkins ini, saya miliki saat saya masih duduk di bangku kelas XI (Sebelas) atau kelas dua SMA pada waktu itu. Yah, saya masih menyimpannya. Lagi, saya menemukannya, Dan kali ini saya terinspirasi untuk membuat sebuah tulisan, bukan maksud untuk curhat alias curahan hati (hehehe) jangan berpraduga tak bersalah dulu.  

Sepatu usang.  Yah, sepatu lama yang sudah tak lagi trendi tapi bukan berarti tak layak pakai, sepatu ini masih bisa digunakan.  Melihat sepatu ini  kerap kali mengajak saya untuk bernostalgia, mengingat masa-masa SMA. Saat saya diuji untuk hidup mandiri, belajar sendiri dan pergi ke sekolah setiap hari tanpa harus dibangunkan oleh  kedua orangtua ataupun sanak saudara.

Kadang-kadang punya uang, kadang-kadang enggak. Maklumlah tak ada orangtua yang menemani saya menempuh pendidikan di Kota Metropolitan ini, mereka jauh di kota 3 dimensi. Jika sudah begitu, terpaksalah saya harus berjalan kaki, menempuh jarak sekitar 2 kilometer.  Tapi itu sama sekali tidak jadi masalah apalagi menghambat saya untuk datang ke sekolah, seperti yang banyak kaum millenials keluhkan.

Rasa syukur selalu terpanjat dalam diri. Semangat selalu tumbuh membiak. Tepat tahun 2012 silam atau sekitar 5 tahun yang lalu saya lulus  SMA sekaligus lulus dari ujian banyak hal, termasuk ujian rindu pelukan kedua orangtua, rindu bersua dengan keluarga, rindu  return to village .

Nah, reader Daily Dairy. Di pertengahan tulisan ini. Just now saya telah mengatakan kalau tulisan ini bukan maksud untuk mencurahkahan isi hati. Melainkan  bermaksud untuk memberikan sedikit pencerahan kepada para pencundang hidup, yang selalu kalah dengan ujian hidup. Padahal jika kita memikirkan sisi lain dari kerasnya kehidupan. Ada banyak sekali manfaatnya, salah satunya adalah melatih kita untuk mengerti arti hidup dan merasakan arti sukses yang sesungguhnya.


(Wirana Putri)

Makassar, 17 Maret 2017

Pukul : 21 : 25 WITA






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dikekang Rasa

TETAP SEMANGAT, KEJARLAH MIMPI!

Tidak Harus Mengubah Cover untuk menjadi Tomboy