Insiden Tiga Belas November Gunungsari


Tidak terima atas kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak). Mahasiswa pun melakukan aksi unjuk rasa, sebagai bentuk penolakan atas kebijakan yang dikeluarkan.

Insiden Tiga belas November Gunungsari atau lebih dikenal INSTING. Mengingatkan kita pada peristiwa 24 April 1996 lalu yang terjadi di Universitas Muslim Indonesia (UMI) yang disebut dengan AMARAH (April Makassar Berdarah).

Kasusnya hampir sama. Berawal dari kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) yang berujung bentrok, hingga menelan korban. AMARAH 1996 demonstran dan petugas kepolisian bentrok menyebabkan 13 orang tewas dan fasilitas kampus rusak.

Unjukrasa mahasiswa di depan kampus UNM, Kamis, 13 November pun berakhir ricuh. Dalam insiden tersebut Wakapolrestabes Makassar, AKBP Toto Lisdiarto dilarikan ke rumah sakit akibat terkena anak panah.

Unjuk rasa yang dimulai pukul 15.00 WITA, awalnya berlangsung seperti biasa. Mahasiswa yang bersiap orasi sambil menutup jalan dicegah oleh petugas kepolisian. Wakapolres yang turut mengamankan aksi tiba-tiba terkena anak panah.

 Toto terkena busur di bawah ketiak sebelah kanan. Mengetahui Wakapolrestabes terluka, ratusan polisi kemudian memburu demonstran hingga ke dalam kampus.  Bahkan beberapa mahasiswa yang diduga “provokator” dan pelaku pembusuran ditangkap.

Belasan fasilitas kampus UNM rusak diantaranya kaca jendela dan pintu Fakultas Ilmu Sosial, jurusan Psikologi dan PKn, kaca depan satu unit mobil bernomor polisi DD 815 AK, belasan sepeda motor di basement Pinisi.

Tak hanya bentrok dengan mahasiswa.  Petugas kepolisian pun melakukan kekerasan terhadap jurnalis, mengakibatkan Waldy dari Metro TV mengalami luka robek dan pendarahan di bagian kepala. Ia terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit lantaran lukanya serius.

Enam wartawan lainnya, yakni Iqbal Lubis (Koran Tempo), Ikrar Assegaf (Celebes TV), Asep (Rakyat Sulsel), Zulkarnain "Aco" (TV One), Rifki (Celebes Online), serta Fadly (media online kampus) cedera. Rata-rata, mereka dianiaya dengan cara ditendang, ditinju, dijambak, dan peralatan kerja jurnalistik dirampas, disita, dirusak, dan disabotase.

 Sebelumnya saat kompi 1 dari kesatuan aparat brimob telah berhasil memukul mundur seluruh peserta aksi dari mahasiswa unm masuk ke dalam kampus. Situasi saat didalam kampus, saat itu saya berada di tengah2 rombongan kompi brimob yang menyisir dari samping kampus, Situasi pembongkaran peserta aksi berjalan sesuai dengan agenda, namun situasi berubah saat dari arah belakang, saya mendegar salah satu aparat dari kesatuan brimob mengatakan "pak waka kenna busur pak waka kenna busur". Ungkap Waldi Sapaan akrabnya.

“Setelah mendapat laporan itu, saya pun menutup kamera yang saya gunakan dan mengambil gambar seperlunya mengingat kamera yang saya gunakan mempunyai batas maksimum, Saya pun berjalan kedepan dan mengambil posisi berdiri siap mengambil gambar di bagian dari salah satu sudut ruangan kampus, jarak antara posisi saya berdiri pun sekitar 5 sampai 10 meter dari rombongan aparat kepolisian dari yang saya lihat, ada sekelompok mahasiswa yang berjumlah sekitar 7 orang yang terdiri dari 4 perempuan dan 3 pria yang memang klihatannya, benar' mereka hanya duduk berkelompok berbagi cerita dan tidak tergabung dalam aksi, namun 3 pria itu tetap saja dihajar oleh aparat kepolisian,
saat pemukulan terhadap 3 mahasiswa itu salah satu rekan saya iqbal fotografer koran tempo, langsung mengabadikan kejadian tersebut tapi saat itu pula dengan tanpa alasan iqbal ditarik dan dihajar habis habisan oleh aparat, melihat itu saya pun langsung menarik Iqbal juga keluar dari amukan aparat dan menghadang salah satu aparat yang masih mencoba mengejar nya, sambil berteriak "bang kami dari media kami dari media kami dari media" sesaat itu pun aparat yang mengejar iqbal terhenti.

Tapi teriakan kami tak dihiraukan oleh aparat, tiba tiba saja salah satu aparat dari kesatuan brimob yang berdiri di depan saya langsung memukul saya dengan tameng nya yang kira kira tingginya 2 meter, akibatnya pelipis sebelah kiri robek dan berlumuran darah sampai sampai harus mendapat 5 jahitan. Helm yang masih sementara terpasang di kepala seakan tak berfungsi untuk melindungi bagian kepala, saya mundur dan tersungkur. Setelah itu saya di tarik oleh rekan media yang lain yang juga sedang meliput aksi. Saya menarik iqbal dengan alasan melihat iqbal hanya memakai id card pers dan memengang kamera cicilan yang belum lunas (hehehehhehh) mungkin pada saat itu aparat tidak melihat tanda pengenal nya dan karena saya lengkap dengan baju biru bertuliskan metro tv di sisi dada kiri dan di kanan saya kamera liputan yang sering saya gunakan. Setelah apa yang terjadi, ternyata" pemukulan terhadap iqbal ini di sengaja oleh aparat, mengingat teriakan kami telah dihiraukan. Kepada seluruh teman teman silahkan jika ingin menanggapi kejadian ini sampai keputusan hukum diputuskan dan dikeluarkan” “ Cerita Waldy mengenai kronologi INSTING.
Wirana Putri
November 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dikekang Rasa

TETAP SEMANGAT, KEJARLAH MIMPI!

Tidak Harus Mengubah Cover untuk menjadi Tomboy