Life as a Reporter



Menjadi Reporter itu,
Menyenangkan, Penuh tantangan dan mempertemukan kita dengan banyak hal.


Bercita-cita menjadi seorang Reporter.  Bukanlah cita-cita yang saya tanam sejak masih kecil. Melainkan, sejak saya tidak lulus masuk Perguruan Tinggi (PT) pada Jurusan Pendidikan, Guru.

Percaya bahwa Tuhan selalu memiliki Skenario yang jauh lebih baik dari apa yang direncanakan manusia. Saya percaya bahwa ketidaklulusan saya pada Jurusan, pilihan Bapak, bukanlah takdir terbaikku. Tidak berputus asa dan tetap melanjutkan Pendidikan, dimanapun tempat saya diluluskan, itulah yang tertanam dalam pikiranku.

Dan benar saja,  Tuhan berkehendak, meluluskan saya padaProgram Studi  Ilmu Komunikasi, Prodi yang sebelumnya sama sekali tidak saya ketahui. Dan Ilmu Komunikasilah, tempat saya mengembangkan Ilmu, mencari jati diri,  dan membangkitkan gairah Broadcaster saya untuk  menjadi seorang Reporter bukan Suporter karena saya bukan Pencinta Bola.

Apalagi,  setelah saya mengetahui betapa asyiknya menjadi seorang Jurnalis televisi. Betapa besarnya tantangan, hidup dalam dunia kreatif, yang setiap waktu menuntut kita  untuk selalu sempurna dihadapan penonton.

Lalu, bagaimana  saya bisa mewujudkan mimpi itu, bagaimana mungkin? Mungkin saja, percayalah. 

Bagaimana mungkin saya bisa menjadi apa yang saya inginkan sementara orang-orang disekitarku saja, mengaku sulit, saya akan bisa mewujudkan mimpi itu.  Tapi kalau bukan  diri sendiri yang percaya dan yakin, Siapa lagi yang dapat percaya kita mampu melakukan hal yang mustahil bagi orang lain.  Betapa menyesalnya  diri ini jika apa yang diinginkannya tidak tercapai apalagi  jika tak pernah mencobanya, hanya karena yakin atas ketidakpercayaan orang lain, yakinlah bahwa tekad yang kuat, kerja keras dan komitmen pada diri sendiri akan membuahkan hasil yang makasimal. 

Pada akhir Semester saat masih kuliah.  Saya  bingung, memiilih tempat  praktik kuliah, tempat meng-ujicobakan ilmu yang sudah saya dapatkan di bangku perkuliahan. Bersyukur, Tuhan Maha Pengasih, Allah menjabah permohonan saya, melakukan praktikum di sebuah perusahaan yang Profesional pada Peretelevisian khususnya pada pemberitaan yang sebenarnya sangat saya gandrungi. Disanalah, Produser-Produser andal menggenjot kemampuan saya, walau kadang harus menjerit dan sesak  nafas tapi tidak kehabisan nafas dan akal. hal itu sama sekali tidak terjadi, saya berhasil melaluinya dan meraih predikat Baik.

Tiga bulan berlalu saya kembali ke Kota Daeng, untuk melanjutkan Kuliah yang yang tersisa satu semester, satu mata kuliah lagi.  Itupun, tidak memerlukan ruang kelas untuk menyelesaikan mata kuliah tersebut sebagai Tugas Akhir meraih gelar S.I.Kom. At last, saya  kebanyakan tinggal di rumah, sangat membosankan. Tidak ada aktivitas yang berarti, apalagi saat itu saya baru-baru saja melepaskan Almamater yang kerap kali menyibukkan hari-hariku, acap kali membuatku lupa makan, apalagi pacaran dan semakin menambah daftar orang menjulukiku sebagai tukang PHP.

Berpikir keras  dan mencari tempat yang paling tepat untuk dapat membuang jauh rasa bosan yang  menyergapku.

Suatu hari yang entah tanggal berapa, saya sudah lupa tanggal pastiny.  Saya mengutak-ngatik ponsel tuaku dan kutemukanlah salah satu nomor hape seniorku, kebetulan ia  bekerja di televisi, tepat sekali, gumamku. Langsung saya menghubunginya.  

Mengiriminya pesan yang cukup panjang terkait kerjasama media partner salah satu kegiatan mahasiswa di Kampusku, tapi ini hanya strategi saja. Target utamanya adalah untuk menanyakan lowongan kerja dengan entengnya, ia hanya menjawab, Ia dan Oke. Mengesalkan bukan? Tentu saja, jika harapan mendapatkan respon panjang hanya dibalas dengan dua, tiga huruf tanpa arti yang berarti pasti.

Beruntung strategi komunikasi saya berhasil, suatu hari yang tak terduga, ia mengrimiku pesan melalui Whatsapp, tentu sangat menyenangkan dan menjadi kado spesial ulang tahun, tahun lalu, walau tak ada ritual-ritual tiup-tiupan  lilin apalagi semacam kado spesial dari orang terkasih. At least, ini tetap membahagiakan, sama seperti tahun sebelumnya ketika saya diterima  magang di Metro TV. "Ialah tawaran menjadi Reporter Televisi", kado paling berharga saya di tahun 2016.

Belum cukup 5 Jam, Surat lamaran yang saya  titip kepada salah seorang karyawanTV tersebut  mendapatkan respon positif. Saya diminta untuk datang ke Kantor, keesokan harinya. Dan akan langsung  di-Casting. Tidak ada persiapan yang berarti hanya mengingat Kata-kata Desi Anwar, salah wartawan Senior nasional “Menjadi seorang Reporter harus siap kapan saja, dimana saja dan dalam kondisi apapun”.  Anggap saja sebagai tantangan awal.

Bersyukur dan merasa sangat beruntung bisa bergabung pada salah satu televisi Lokal berjejaring internasional yakni,  VE Channel TV sebagai salah satu televisi baru di Sulawesi Selatan dan memiliki cukup banyak penonton, program yang cukup kece meski saat ini tak dapat kami pungkiri TV tersebut kami baru saja dihantam oleh omba hingga membuatnya terombang-ambing di lautan.  

Tapi tak perlu kuatir, ini hanyalah dinamika perusahaan media.  Dan sebagai ujian keloyalitasan  bagi para pencari nafkah di VE Channel TV. Dan saat ini, ia tengah mempersiapkan diri untuk kembali Berjaya bersama Pilot barunya, tentu  suatu hari nanti ia akan terbang tinggi bersama mimpi indahnya. Karena kami Efektif, Efisien dan Optimal (*)








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dikekang Rasa

TETAP SEMANGAT, KEJARLAH MIMPI!

Tidak Harus Mengubah Cover untuk menjadi Tomboy